Rabu, 05 Agustus 2015

Tebakan Tentang "Perasaan Seorang Ayah Menjelang Pernikahan Putrinya"



Hari ini aku ikut membantu keluarga untuk acara pernikahan. Bukannya fokus membereskan banyak hal, aku malah asik mengamati seorang bapak yang duduk di ujung kiri kursi panjang di depan rumahnya. Ada yang aneh dari gelagat si orang tua laki-laki dari mempelai wanita ini. Duduk diam termenung sambil berkreasi memaikan asap rokoknya sepanjang kami berbenah-benah.

Mungkin karena ini kali pertamanya aku mengamati secara langsung seorang-laki-laki-yang-putrinya-akan-menikah. Atau mungkin karena aku mulai paham. Paham tentang kecemasan seorang ayah yang harus menyerahkan putri kecilnya kepada seorang pria yang akan menggantikan tugasnya selama ini.  
Di detik-detik ijab qabul pun aku masih penasaran mengamati sang ayah mempelai wanita. Bapak ini terlihat gugup, tanpa senyum. Menyalakan lagi dan lagi rokok yang sudah habis. Tentu saja ini bukan karena bapak itu seorang pecandu rokok berat. Sikapnya menunjukkan bahwa bapak ini sedang dalam keadaan “tidak baik-baik saja”.

Kehilangan “harta berharga” pada umumnya memang tidak membuat seseorang baik-baik saja. Menurut banyak sumber yang pernah kubaca dan dengar, anak perempuan adalah harta yang tak ternilai bagi seorang ayah. Ayah mungkin pernah menyakiti wanita lain di luar sana pada masa-nya-dulu tapi seorang ayah selalu berusaha agar putrinya tidak pernah tersakiti oleh kerasnya kehidupan apalagi karena seorang laki-laki.

 Apakah pria ini tangguh ? Apakah pria ini baik ? apakah pria ini sabar ? apakah pria ini menyayangi purtiku dgn tulus ? apakah pria ini akan menjaga dan bisa membahagiakan putriku sebaik aku ? pertanyaan-pertanyaan ini yang membuat seorang ayah selektif dalam memilih menyetujui pendamping untuk putrinya.

Hai para pria, inilah yang membuat ayah kami keras pada kalian. “kalian mungkin akan merasakan seperti  ayah kami , yaitu betapa sulitnya meminta seorang wanita dari ayahnya tapi kalian belum tentu tau rasanya bagaimana merelakan putrinya disakiti oleh pria lain”.  Oleh karena itu, jangan berjanji untuk tidak menyakiti wanita tapi berjanji lah untuk selalu membahagiakannya. Kalian mungkin tidak sadar bahwa diperjalanan menuju akhir sikap kalian tanpa sengaja menyakiti wanitamu. Jika didalam hati sudah tertanam niat untuk membahagiakan insyaa allah Allah akan mengampuni kalian. Karena segala sesuatu itu tergantung dari  “niat”.

Saiyidinna Ali bin Abi Thalib berkata : “Jjka seorang wanita menangis karena disakiti oleh pria, maka setiap langkah pria tersebut dikutuk oleh para malaikat”. Dala Al-qur’an juga Allah SWT ada 1 surah spesial yaitu an-nisa (wanita) yang membahas tentang wanita. Kenapa spesial ? “karena tidak ada surah ar-rijal (pria)”, ini kutipan ustadz Hedi lo (seorang Pria) . masih banyak lagi tentang wanita yang di selipkan surah-surah lain dalam Al-qur’an dan hadist. Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya dan orang besar lainnya saja memuliakan wanita, lalu apa alasan kalian untuk tidak ?

Dalam hati kalian mungkin terlintas pikiran “ah, kalian wanita saja banyak melecehkan diri sendiri, bagaimana kami bisa memuliakan seseorang wanita”. Aku dan beberapa wanita lain mungkin pernah melakukan kesalahan yang membuat kalian mengabaikan perintah Allah SWT. Aku sangat menyesal dan meminta maaf atas  hal itu.

Tapi bagaimana pun seorang ayah harus berlapang dada dan menerima kenyataan  bahwa putri kecilnya sudah mencintai pria lain selain dirinya.   Putri kecil yang selama ini selalu memanggil “ayah” saat meminta bantuan atau menangis mungkin tidak lagi memerlukan bergantung padanya. Putri kecilnya sekarang sudah menjadi wanita dewasa. Seorang wanita yang siap menghadapi dunia yang keras bersama pria tangguh pilihannya.

Untuk ayahku, iznkan aku mengutip perkataan yang lupa nama orang itu (maaf ya orang itu). “Dear my Dad, maybe i will life with my prince but you stay be a King in my heart”. (
Mohon nantinya untuk jangan terlalu cemas tentang seorang yang akan menggantikan  tugasmu. Aku selalu merayu Allah SWT untuk menyisakan yang terbaik untukku. Menyisakan seseorang yang tak hanya menyayangiku tp juga ayah. Seseorang yang akan menggantikan tugas ayah dengan baik.

Terlalu banyak kata “mungkin” dalam tulisan ini. Itu karena aku bukan seorang ayah, belum menjadi ibu, belum menikah, karena tulisan ini hanya pendapat, dugaan, perkiraan dan tebakan tentang perasaan seorang ayah menjelang pernikahan putrinya dan terlebih karena aku masih sangat butuh saran yang membangun dalam menulis.
Terima kasih karena telah merelakan waktu kalian terbuang untuk membaca tulisan isengku.